Rabu, 02 Desember 2009

Selamanya Kamu

Mungkin sebaiknya aku melupakannya. Inilah jalan yang terbaik bagi kami berdua. Maria pasti lebih mencintai lelaki itu, hingga ia rela menyerahkan kesuciannya. Siapa gerangan lelaki sialan yang bisa merebut hati tunanganku itu? Sungguh beruntung ia mendapatkan cinta yang penuh dari tunanganku.

Tak pernah aku menyangka bahwa impianku untuk hidup bersamanya akan berakhir seperti ini. Aku mencintainya dengan sepenuh jiwaku, bahkan melebihi diriku sendiri. Aku bersedia melakukan apa saja untuk menyenangkan hatinya. Sungguh, hanya dia yang kuinginkan dalam hidup ini. Perempuan yang akan menjadi ibu dari anak-anakku dan akan menemaniku menjalani hidup ini selamanya, tak akan pernah berpisah, sampai akhirnya maut nanti memisahkan kami.

Maria, tunanganku itu, dia sungguh indah. Rambutnya, matanya, senyumnya, cara dia bertutur kata, cara dia berjalan, semuanya sungguh indah. Keseluruhan dirinya memang teramat indah. Aku percaya bahwa Tuhan menciptakan segala hal yang indah di bumi ini. Tapi aku yakin, bahwa ciptaanNya yang terindah di bumi ini adalah Maria, tunanganku. Di setiap pertemuan kami dia selalu berkata lembut kepadaku, " Yusuf, selamanya kamu dalam hatiku."

Tapi makhluk indah itu ternyata bukan lagi milikku. Dia mencintai lelaki lain selain diriku. Seperti mau mati rasanya mengetahui semua ini. Ternyata begini rasanya sakit dikhianati. sakit sedihnya begitu terasa menyiksa. Seperti ada ribuan paku yang tertancap di jantungku. Entah mengapa hal buruk ini menimpa diriku.

Sungguh menyakitkan jika teringat kembali pertemuan kami yang terakhir. Kami bersenda gurau dan membicarakan banyak hal-hal yang indah yang kami senangi. Setelah berbicara banyak hal termasuk pernikahan kami, Maria berkata dengan wajah yang sangat serius.

"Yusuf, aku ingin bicara"

"Kan kita sudah bicara dari tadi," sahutku bercanda.

"Sayang, aku serius..."

"Iya, sayang... Ngomong aja..."

"Sayang, aku hamil..."

"Ha ha ha... Ada-ada saja kamu..."

"Betul, sayang, aku hamil"

"Maria, gurauanmu ini tidak lucu! Aku tidak pernah menyentuhmu...!"

"Sayang, tolong dengarkan aku ya..." Lalu dia menggenggam tanganku. Ia menceritakan tentang kehamilannya dan peristiwa ajaib yang menyertai kehamilannya. Aku terkejut mendengarkan ceritanya. Terkejut karena ia menganggapku seperti anak kecil yang bisa dibohongi oleh dongeng-dongeng mengesankan tentang peristiwa-peristiwa ajaib.

Aku diam mendengar ceritanya. Aku tidak percaya. Pasti ada lelaki lain dalam hidupnya. Semua ceritanya terdengar sangat memuakkan, seperti alasan bodoh yang di cari-cari untuk membela dirinya. Aku diam saja walaupun ada rasa sakit yang teramat sangat mendengar semua itu.

"Siapa lelaki itu?" tanyaku setengah membentak.

"Tidak ada, Yusuf... Tidak ada... Hanya kamu seorang dalam hatiku."

Tiba-tiba aku merasa jijik berada di dekatnya. Kuhempaskan genggaman tangannya. Dia menangis dan berusaha mengapai kembali tanganku. Aku membalikkan tubuhku dan pergi meninggalkannya. Terdengar lirih dia memanggilku, "Yusuf, selamanya kamu dalam hatiku..." Ah...Kalimat indah itu terdengar sangat menyedihkan bagiku. Aku pura-pura tidak mendengarnya dan meneruskan langkahku menjauhinya.



Mungkin sebaiknya aku melupakan dia. Inilah jalan yang terbaik bagi kami berdua. Dia pasti hidup lebih bahagia dengan lelaki itu. Semoga mereka berbahagia sampai maut memisahkan mereka. Dan semoga aku bisa memulai kehidupan ini kembali tanpa dirinya.



Cat :

*Ketika Yusuf mempertimbangkan untuk memutuskan pertunangannya dengan Maria, Malaikat Tuhan datang kepadanya melalui mimpi dan berkata bahwa anak dalam kandungan Maria adalah dari Roh Kudus

**Yusuf dan Maria akhirnya menikah, dan memberikan nama Yesus bagi bayi mereka.