Mungkin sebaiknya aku melupakannya. Inilah jalan yang terbaik bagi kami
berdua. Maria pasti lebih mencintai lelaki itu, hingga ia rela
menyerahkan kesuciannya. Siapa gerangan lelaki sialan yang bisa merebut
hati tunanganku itu? Sungguh beruntung ia mendapatkan cinta yang penuh
dari tunanganku.
Tak pernah aku menyangka bahwa impianku untuk
hidup bersamanya akan berakhir seperti ini. Aku mencintainya dengan
sepenuh jiwaku, bahkan melebihi diriku sendiri. Aku bersedia melakukan
apa saja untuk menyenangkan hatinya. Sungguh, hanya dia yang kuinginkan
dalam hidup ini. Perempuan yang akan menjadi ibu dari anak-anakku dan
akan menemaniku menjalani hidup ini selamanya, tak akan pernah berpisah,
sampai akhirnya maut nanti memisahkan kami.
Maria, tunanganku
itu, dia sungguh indah. Rambutnya, matanya, senyumnya, cara dia bertutur
kata, cara dia berjalan, semuanya sungguh indah. Keseluruhan dirinya
memang teramat indah. Aku percaya bahwa Tuhan menciptakan segala hal
yang indah di bumi ini. Tapi aku yakin, bahwa ciptaanNya yang terindah
di bumi ini adalah Maria, tunanganku. Di setiap pertemuan kami dia
selalu berkata lembut kepadaku, " Yusuf, selamanya kamu dalam hatiku."
Tapi
makhluk indah itu ternyata bukan lagi milikku. Dia mencintai lelaki
lain selain diriku. Seperti mau mati rasanya mengetahui semua ini.
Ternyata begini rasanya sakit dikhianati. sakit sedihnya begitu terasa
menyiksa. Seperti ada ribuan paku yang tertancap di jantungku. Entah
mengapa hal buruk ini menimpa diriku.
Sungguh menyakitkan jika
teringat kembali pertemuan kami yang terakhir. Kami bersenda gurau dan
membicarakan banyak hal-hal yang indah yang kami senangi. Setelah
berbicara banyak hal termasuk pernikahan kami, Maria berkata dengan wajah
yang sangat serius.
"Yusuf, aku ingin bicara"
"Kan kita sudah bicara dari tadi," sahutku bercanda.
"Sayang, aku serius..."
"Iya, sayang... Ngomong aja..."
"Sayang, aku hamil..."
"Ha ha ha... Ada-ada saja kamu..."
"Betul, sayang, aku hamil"
"Maria, gurauanmu ini tidak lucu! Aku tidak pernah menyentuhmu...!"
"Sayang,
tolong dengarkan aku ya..." Lalu dia menggenggam tanganku. Ia
menceritakan tentang kehamilannya dan peristiwa ajaib yang menyertai
kehamilannya. Aku terkejut mendengarkan ceritanya. Terkejut karena ia
menganggapku seperti anak kecil yang bisa dibohongi oleh dongeng-dongeng
mengesankan tentang peristiwa-peristiwa ajaib.
Aku diam
mendengar ceritanya. Aku tidak percaya. Pasti ada lelaki lain dalam
hidupnya. Semua ceritanya terdengar sangat memuakkan, seperti alasan
bodoh yang di cari-cari untuk membela dirinya. Aku diam saja walaupun
ada rasa sakit yang teramat sangat mendengar semua itu.
"Siapa lelaki itu?" tanyaku setengah membentak.
"Tidak ada, Yusuf... Tidak ada... Hanya kamu seorang dalam hatiku."
Tiba-tiba aku merasa jijik berada di dekatnya. Kuhempaskan genggaman tangannya. Dia menangis dan berusaha
mengapai kembali tanganku. Aku membalikkan tubuhku dan pergi
meninggalkannya. Terdengar lirih dia memanggilku, "Yusuf, selamanya
kamu dalam hatiku..." Ah...Kalimat indah itu terdengar sangat
menyedihkan bagiku. Aku pura-pura tidak mendengarnya dan meneruskan
langkahku menjauhinya.
Mungkin sebaiknya aku
melupakan dia. Inilah jalan yang terbaik bagi kami berdua. Dia pasti
hidup lebih bahagia dengan lelaki itu. Semoga mereka berbahagia sampai
maut memisahkan mereka. Dan semoga aku bisa memulai kehidupan ini
kembali tanpa dirinya.
Cat :
*Ketika Yusuf
mempertimbangkan untuk memutuskan pertunangannya dengan Maria, Malaikat
Tuhan datang kepadanya melalui mimpi dan berkata bahwa anak dalam
kandungan Maria adalah dari Roh Kudus
**Yusuf dan Maria akhirnya menikah, dan memberikan nama Yesus bagi bayi mereka.
Rabu, 02 Desember 2009
Langganan:
Postingan (Atom)