Minggu, 16 Oktober 2011

Apakah Kau akan Mencintaiku Selamanya, Seperti pada Hari Pertama Kau Jatuh Cinta Kepadaku?

Hari ini adalah ulang tahun ke-7 pernikahan kami. Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, kami merayakannya hanya berdua saja. Mengunjungi kembali tempat di mana aku pertama kali mengucapkan kata cinta kepadanya dan menikmati lagi suara air laut yang membelai mesra pasir-pasir dan bebatuan di pantai. Ombak itu masih tetap sama lembutnya seperti 7 tahun kemarin.

Puas memanjakan diri kami berdua di tempat penuh kenangan, lalu kami akhiri acara perayaan di rumah dengan memutar kembali rekaman video acara adat pernikahan kami. Dan tampaklah wajah orang- orang yang mengasihi kami turut berbahagia dalam video itu.

Manja ia menyandarkan kepalanya di bahuku sambil bertanya pelan, "Apakah kau akan mencintaiku selamanya seperti pada hari pertama kau jatuh cinta kepadaku?"

"Tentu saja, sayang..." Jawabku sambil mencium keningnya.

"Sekalipun pada tahun-tahun berikutnya nanti aku belum juga bisa memberikanmu buah hati?"

Aku kembali mencium keningnya tanpa menjawab pertanyaannya.

"Apakah kau akan tetap mencintaiku, seandainya pada akhirnya nanti aku tidak akan pernah bisa memberikanmu buah hati?" Kembali ia bertanya.

Sekali lagi aku diam. Pertanyaannya membuka segala kecemasan yang selalu kusembunyikan darinya. Lalu kurapatkan tubuhnya masuk ke dalam pelukanku.

"Jantungmu bedebar cepat sekali..." Katanya pelan. "Apakah kau sama takutnya seperti apa yang kurasakan saat ini? Takut pada rasa sepi yang akan mendatangiku jika hal itu benar-benar terjadi?"

"Tak akan pernah ada kata sepi dalam hidupku, selama ada dirimu di sampingku..." Kataku kepadanya dengan hati yang perih. Kupeluk tubuhnya semakin erat ketika airmatanya jatuh menyaksikan rekaman di video yang menayangkan bagian pada saat aku menerima ulos hela dari orang tuanya yang diselimutkan ke tubuh kami berdua di acara pernikahan itu. Terdengar lagu yang mengiringi pemberian ulos itu,

Mengkel ma dainang
Sai unang tangis ho inang martuk tukian
Ingot martangiang
Asa horas hamu nalaho nang na tinggal*


"Kalau aku tak pernah bisa memiliki mereka, itu berarti hanya dirimulah yang selalu menjadi milikku selamanya..." Lalu kupeluk tubuhnya erat. Erat sekali, seperti pada hari itu, pada hari di mana pertama kali kuucapkan kata cinta kepadanya.






* Bait terakhir lagu Batak, Borhat ma da Inang Karya S. D. Sitompul.

Terjemahan bebasnya:

Tertawalah putriku, sayang,
Jangan biarkan segala resah membuatmu menangis
Ingatlah berdoa
Agar langkahmu bahagia sebagaimana kami pun bahagia melepasmu pergi.