Jumat, 11 Maret 2016

Cinta di Mata Fidelis






Judul: Pejaten: Dekat di Hatimu
Penulis: Fidelis R. Situmorang
Tahun Terbit: 2013
Penerbit: Sinar David                                                                                                        
Tebal:viii + 126
ISBN: 978-602-98618-4-6

Cinta itu lemah lembut. “Sayang, aku sudah sampai di rumah. Jangan terlalu banyak ngopi ya, nanti susah tidur. Love you.” (hal. 13). Dialog antara Riridan Rain di sepanjang novel ini berisi percakapan ringan yang penuh kelemah-lembutan. Dialog yang penuh canda tetapi menunjukkan kelemah-lembutan Riri dan Rain. Saling mengabari dan diakhiri dengan ucapan “Love you.” Percintaan Rain Hasundungan Siallagan dengan Riri, seorang gadis Solo yang sebenarnya sudah dijodohkan. Riri bahkan sudah akan menikah dengan Guntur, seorang pendeta. Namun cinta Riri ternyata bukan untuk Guntur, tetapi untuk pemuda Batak yang suka minum kopi. Namun mereka berpacaran juga. Berpacaran karena cinta. Cinta yang penuh kelemah-lembutan.

Cinta itu memaafkan. Tak banyak kata-kata yang terucap di antara mereka berdua sebelum Riri masuk ke dalam kereta. Riri menciumpipi Rain dan hanya berkata: “Kamu jaga kesehatan ya, sayang…” (hal. 86.) Meski sakit, Rain memafkan Riri yang memilih untuk memenuhi kewajiban sebagai anak. Pulang ke Solo dan mempersiapkan pernikahannya dengan Guntur.

Cinta itu murah hati. Di sela-sela kisah percintaan Riridan Rain, Fidelis memasukkan kondisi sosial Jakarta. Kisah Farizzi anak umur 4 tahun yang penampilannya masih seperti anak 2 tahun karena kurang gizi dan kepalanya dipenuhi dengan kudis (hal. 16.)  Kisah si Yusuf. seorang penyemir sepatu yang bercita-cita menjadi pemain bola tetapi matiditabrak taksi (hal. 62) adalah bentuk kepedulian Fidelis tentang lingkungannya. Tokoh Rain yang jatuh cinta ternyata punya cinta yang lebih besar daripada sekedar cintanya kepada Riri. Masih ada tempat di hati Rain dan Riri untuk peduli.

Cinta itu sabar menderita. “Sherly…” kata Guntur memanggil nama yang dihubunginya. “Ya, sayangku…” “Doa kita telah dijawab Tuhan.” (hal. 108). Ternyata Guntur sebenarnya juga tidak mencintai Riri. Guntur memiliki kekasih yang tak diketahui Riri, yaitu Sherly. Sebagai seorang pendeta, Guntur sepenuhnya berserah kepada kehendak Tuhan. Saat Guntur menerima surat dari Riri yang menyatakan bahwa sesungguhnya Riri mencintai Rain, Guntur mendapatkan jawaban akan doa-doanya. Selama ini Riri dan Guntur sama-sama menderita karena penjodohan mereka. Namun mereka tak mau melukai orang tua yang sudah menjodohkan mereka.

Penderitaan yang sangat juga dialami oleh Rain. Rain yang tahu bahwa Riri sudah akan menikah, tak mampu mengantarkan Riri ke Solo. Cintanya dilampiaskan kepada gelas-gelas kopi di pinggir jalan. Namun keberanian Rain untukmenyusul kekasihnya ke Solo membuat Riri juga berani mengambil keputusan. Penderitaan hanya bisa diakhiri dengan sebuah keberanian untuk memutuskan. Kehendak Tuhan nyata ketika kita berani mengambil keputusan. Keputusan yang dilandaskan kepada CINTA yang tulus.
Dan cinta itu tak berkesudahan.

Fidelis mengemas cerita dengan menggabungkan puisi dan prosa. Puisi-puisinya tak memerlukan penafsiran yang rumit. Sebab puisi memang hanya dipakai sebagai wahana menyampaikan cerita. Bentuk prosanya penuh lirik penuh melodi. Gaya bertutur dalam prosa yang “bernyanyi” mengingatkanku akan Linus A.G Suryadi. Kalimat-kalimatnya yang puitis dalam prosa membuat saya tak bisa melewatkan kata demi kata dalam menikmatinya. Di tangan Fidelis, puisi adalah prosa dan prosa adalah puisi. Prosa luruh?


Handoko Widagdo, Pendidik.