Untuk Sondang Hutagalung
Ketika lagu Indonesia Raya tak lagi menyentuh hati anak-anaknya
Ketika para pemimpin tak lagi mengerti bahasa rakyatnya
Ketika ramai saudara-saudara sebangsa melihat ketidak-adilan sebagai hal yang biasa
Seorang pemuda berdiri tegak di depan Istana
Mengusap air matanya
Lalu menyulut tubuhnya
Nyala!
Dia berbicara melalui api
Di matanya, di tangannya, di kakinya, di hatinya
Nyala!
Lidah api berkibar laksana bendera kebangsaan
Nyala!
Menjadi suluh di suramnya langit merdeka
Lalu jatuh ke pelukan tanah tercinta dan menyala abadi di hati para kekasih tanah air
"Harus dengan cara inikah baru mereka akan mengerti?" tanya angin berhenti berhembus
Daun-daun tertunduk haru tak mampu menjawab
Untuk Indonesia!
Nyala!
Bagimu Negeri, jiwa raga kami...
Lantun sepasang sepatu untuk wisuda pemberian Kakak tercinta

Ketika lagu Indonesia Raya tak lagi menyentuh hati anak-anaknya
Ketika para pemimpin tak lagi mengerti bahasa rakyatnya
Ketika ramai saudara-saudara sebangsa melihat ketidak-adilan sebagai hal yang biasa
Seorang pemuda berdiri tegak di depan Istana
Mengusap air matanya
Lalu menyulut tubuhnya
Nyala!
Dia berbicara melalui api
Di matanya, di tangannya, di kakinya, di hatinya
Nyala!
Lidah api berkibar laksana bendera kebangsaan
Nyala!
Menjadi suluh di suramnya langit merdeka
Lalu jatuh ke pelukan tanah tercinta dan menyala abadi di hati para kekasih tanah air
"Harus dengan cara inikah baru mereka akan mengerti?" tanya angin berhenti berhembus
Daun-daun tertunduk haru tak mampu menjawab
Untuk Indonesia!
Nyala!
Bagimu Negeri, jiwa raga kami...
Lantun sepasang sepatu untuk wisuda pemberian Kakak tercinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar