Rabu, 09 Juni 2010

Dua Belas Tahun Sudah

"Seperti biasa, dia selalu mencium tanganku apabila pamit meninggalkan rumah. Juga pada hari itu. Lucu sekali anakku itu, waktu kecil, sepuluh bulan sudah bisa melangkahkan kaki. Matanya bagus... Matanya bisa tersenyum," ucapnya pelan. Aku melihat rindu mulai menggenang di sudut matanya.

"Dua belas tahun bukan waktu yang sebentar bagi seorang ibu untuk menantikan anaknya pulang, bukan?" katanya kepadaku dengan bibir bergetar. Aku terdiam, tak tahu harus berkata apa. Dibelainya bingkai foto yang berisi wajah anaknya dengan lembut, dan dipeluknya gambar itu seperti sedang memberikan kehangatan pada anak bayi yang lucu.

Aku melihat genangan rindu di pelupuk matanya telah berubah menjadi telaga. Lalu aliran air matanya melanjutkan cerita yang tak bisa diselesaikan oleh kata-kata.

Letih bercerita, perempuan itu pun tertidur sambil mendekap foto anaknya. Di luar hujan turun dengan lirih, seakan tidak ingin mengganggu tidur seorang ibu yang sedang merindukan anaknya. Terlihat sedikit senyum di sudut bibir perempuan itu. Mungkin ia bermimpi bertemu dengan anaknya yang sekian lama tak kembali. Bercanda bahagia. Berdua. Ibu dan anaknya tercinta.