Rabu, 19 Februari 2014

Hujan Jatuh di Halaman

pagi datang membawa dingin
dadaku terasa sesak
entah karena terlalu banyak merokok
atau karena kangen kamu

hujan jatuh di halaman


***


"Bagus banget! Kamu beli di mana?"

"Di Lembang. Kemarin main ke sana sama temen-temen."

"Kok nggak ngajak-ngajak?" katamu tersenyum menggodaku, lalu menggerakkan kedua tanganmu ke arah belakang kepalamu, melepaskan penjepit rambut yang tengah kau kenakan dan menggantinya dengan penjepit rambut pemberianku.

"Itu mendadak. Aku juga diajak," jawabku bingung, tak menyangka menerima pertanyaan seperti itu darimu.

Kau tersenyum lagi, lalu membalikkan tubuhmu, memperlihatkan penjepit rambut yang tersemat di indah harum rambutmu.

"Bagus nggak?"

"Bagus!" jawabku senang melihat sesuatu yang berasal dariku terpajang indah di dirimu.

Kau membalikkan lagi tubuhmu menghadap ke arahku. "Terima kasih ya..." ucapmu senang.

Aku mengangguk.


Kupandangi lagi benda itu. Penjepit rambut yang telah lama tergeletak di atas meja, di dekat tumpukan buku, di antara cangkir kopi dan asbak rokok. Entah karena tertinggal atau memang sengaja kau tinggalkan.

Hujan semakin deras jatuh di halaman.


***


"Kamu tuh terlalu banyak merokok. Lihat tuh, kuku sama jari-jari kamu aja kelihatan sampe kuning gitu. Gigi kamu juga jadi kelihatan item."

"Iya..."

"Iya iya melulu..."

"Abis aku harus bilang apa dong?"

"Tau ahh..."

Kau memasang wajah perang, tapi tetap saja cantik.

"Jangan suka marah. Nanti cepet tua," kataku.

"Biarin!"

Marahmu itu ya, ternyata bisa juga menumbuhkan rindu.

"Mau kopi?" tanyamu saat marahmu reda.

"Mau mau..." sambutku cepat.

"Bikin sendiri!"

"Yahhh..." sahutku lemas

Kau tertawa lepas lalu membuatkan secangkir kopi untukku.

"Enak kopinya?"

"Enak banget!" jawabku.

"Kurangi merokoknya ya..." katamu lagi, kembali mengajak perang. Tapi dengan usapan lembut jemarimu di kepalaku.


Ternyata ya, kau bukan cuma pintar bikin kopi, tapi pintar juga bikin rindu.


Kunyalakan rokok sambil memandangi hujan yang tak berhenti berjatuhan di halaman.

Dadaku makin sesak.


***


Hujan jatuh di halaman
Avenged Sevenfold melantunkan lagu rindu di cd player
Kureguk kopi yang mulai terasa dingin
Ajaib, ada harum rambutmu di cangkir kopi

Di halaman, hujan sepertinya enggan berhenti
Menjatuhkan rindu, menjatuhkan kenangan
Suara di setiap jatuhnya itu, rintih hujankah atau rintih hatiku?
Entahlah

Kumatikan rokok di asbak
Dada ini tak lagi sesak
Sudah hancur dipecahkan rindu

2 komentar: