Selasa, 24 Juni 2014

Mencari Makna Pulang


Sunu Purnama



Seorang teman dengan baik hati mengirimi saya sebuah buku novel berjudul "Pulang" buah karya Fidelis R. Situmorang. Pertama lihat desain cover depannya yang unik, yaitu sebagian sudut pintu rumah yang sedikit terbuka. Seperti menengok ke dalam sebuah misteri atau kegelapan yang tak terjelaskan.




Tanpa Pembuka maupun Pengantar

Pertama kali membuka buku novel ini saya mendapati sebuah sapaan langsung dari penulisnya, meskipun tidak pernah bertatap muka secara langsung,

"Dear Sunu Purnama,
Semoga selalu dipenuhi kebahagiaan.
Salam."

Sejenak, ya hanya sejenak saya merasakan ada senyum tersungging di bibir saya, ada luapan rasa senang, bercampur gembira serta berakhir bahagia, begitu saja. Untuk bahagia ternyata memang begitu sederhana ya teman!?

Kembali ke isi novelnya, saya pikir ada kata pengantar, sekapur sirih, ataupun sejenisnya, namun ternyata tidak ada. Kita langsung dibawa masuk ke dalam jalan cerita novel yang imajinatif, seperti kalau kita membaca Ernest Hemingway, Sidney Sheldon, meskipun terlihat sederhana namun seperti hidup dalam alam pikir pembaca. Saya seperti ditarik ke dunia lain, dunia warna-warni yang indah dan menawan, meskipun seringkali juga menawarkan getir disana.


Melihat Lewat Sisi Aku

Lewat judul-judul yang kelihatannya terpisah dan sepertinya berdiri sendiri-sendiri, Bang Fidelis berhasil merangkai sebuah tema kehidupan yang reflektif, tentang arti dan makna "Pulang".

Dengan tokoh sentralnya Nathan dan Martha, penulis mengembangkannya dengan sebuah saling keterkaitan yang kadang kala mengejutkan sekali, yang dijalin dengan bahasanya yang "mbois".

Menggunakan alur maju-mundur memang sering membingungkan dan perpindahan tokohnya dengan menggunakan bahasa "aku" seringkali membuat saya menjadi manusia yang sepertinya mempunyai kepribadian ganda. Namun setelah makin dalam membaca menjadi semakin jelas dan gamblang adanya sudut pandang-sudut pandang antar tokoh yang ada.


Sisipan Cerita Sejarah

Yang juga menarik membaca novel ini adalah kepintaran penulis untuk menyisipkan cerita sejarah. Meskipun agak sedikit lucu juga (menurut saya) namun paling tidak kita dapat mengenal tokoh sejarah itu dimana sang tokoh dipakai namanya sebagai nama sebuah jalan (misalnya). Ada dua tokoh sejarah yang biografi singkatnya muncul di sini yaitu (Hajjah Rangkayo) Rasuna Said dan Amir Syariffudin.


Ajakan Memaknai Pulang

Membaca buku " Pulang " yang diterbitkan oleh Sinar David ini, pembaca akan diajak untuk sejenak merenung tentang makna hidup, makna kepulangan.

Bagaimana Martha setelah menjalani operasi kanker payudara bertemu dengan ibu tua yang terbaring sebagai teman satu kamar yang menderita sakit komplikasi, yang harus pulang ke rumah Bapa di Surga sehari setelah Martha beranjak dari Rumah Sakit untuk pulang ke rumahnya.

Atau juga cerita tentang teman Nathan, bernama Patar, yang jarang pulang ke rumah orang tua setelah 3 tahun menikah untuk merayakan Natal dan Tahun Baru sebagai kebiasaan sebuah keluarga besar. Dan kemudian "dipaksa" pulang setelah ada kabar tentang ayahnya, yang dibencinya itu meninggal secara mendadak.

Membaca novel "Pulang" ini kita diajak untuk berkaca dan membaca hidup kita sendiri. Sebuah karya yang bagi saya menarik sekali untuk diselami seperti apa yang dikatakan oleh Romo Magnis (yang juga hanya mengutip dari kata-kata Socrates, Sang Filisof ) yang kata-katanya dikutip dalam cerita ini: "Hidup yang tidak direnungkan adalah hidup yang tidak layak dijalani."

Akhir kata, terima kasih kepada Bang Fidelis yang telah memperkaya kasanah kepustakaan Indonesia dengan novel-novelnya. Terus berkarya dan berkarya bagi perkembangan dan kemajuan dunia sastra Indonesia. Dan selamat membaca bagi para pecinta sastra dimanapun anda berada.

Salam Sastra.

Bukit Pelangi, Sabtu, 5 April 2014
Rahayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar