Senin, 16 November 2009

Les Photos de Papa

"Mon Pere est un professeur de Francois," ujar kawanku sambil memandang foto ayahnya. Ucapannya membawa pikiranku melayang kembali kepada seorang lelaki mengagumkan yang biasa aku panggil Bapak. Bukan seorang guru atau orang terpelajar seperti ayah dari kawanku itu, melainkan hanyalah seorang nelayan di danau Toba.

Di Paris yang kemilau dengan jutaan warna-warni cahaya lampu ini, aku merindukan indahnya kemilau cahaya bulan yang dengan segala kelembutan mencium wajah cantik danau toba di desa kami tercinta, Paropo. Desa indah di mana Bapak tanpa kenal lelah membesarkan dan mendidik kami anak-anaknya dengan segenap kekuatan yang di milikinya.

"Nak, aku berharap kamu tetap di sini, karena kamu anak lelakiku satu-satunya. Tapi kalau kau ingin pergi untuk mengejar cita-citamu, pergilah... Tuhan akan menjaga engkau." Demikian Bapak berkata waktu aku memutuskan untuk meninggalkan kampung halaman.

Bapak memelukku dengan sangat erat, seakan kami tak akan pernah bertemu kembali. Lalu aku pun pergi dengan meninggalkan kecemasan dan harapan yang tergambar jelas di mata orang tua itu.

Aku rindu berjumpa dengan Bapak, walaupun nanti hanya dapat kutemui di dalam bingkai kayu yang terpampang di dinding papan rumah kami. Di tepi danau toba.

2 komentar:

  1. oh, lagi di Paris ya Del?? wuiiihh kuereeennnn!!
    oleh oleeeeeehhh!!!

    (btw, puisinya juga keren :D)

    BalasHapus
  2. Maunya sih, begitu... hehehe
    Oleh-olehnya topi Napoleon, mau? : ))


    Makasih, Sri....

    BalasHapus