Kedua pengamen itu nampak bingung ketika aku meminta mereka berhenti
bernyanyi, meminjam gitar mereka, kemudian mengambil tempat tepat di
hadapanmu dan menyanyikan satu lagu cinta untukmu.
Look at this face
I know the years are showing
Look at this life
I still don't know where it's going*
Raut
wajahmu yang semula sama bingungnya seperti kedua pengamen itu segera
berganti menjadi wajah senang dan turut bernyanyi bersamaku.
Kedua
biduan jalanan itu, sambil cengar cengir, kemudian bergerak sedikit
menjauh memberi ruang, seperti tak ingin mengganggu acara kita.
"Ayo, kembaliin gitarnya, mereka kan lagi cari uang," katamu setelah kita selesai menyanyikan beberapa lagu.
"Satu lagu lagi..." kataku.
Kau tertawa dan kembali ikut menyanyikan lagu cinta bersamaku.
"Lihat, betapa cantiknya dirimu saat bernyanyi." ujarku menggodamu.
"Makasih,
Om..." kata Kedua pengamen itu saat gitarnya kukembalikan sambil
memberi beberapa lembar uang ribuan dan satu kaleng bir.
"Oh, saya dong yang berterima kasih. Besok lagi yaa..." kataku kepada mereka.
"Hahaha...
Oke, Om... "Mereka tertawa meninggalkan kami dan melanjutkan pekerjaan
mereka bernyanyi di hadapan pasangan-pasangan yang sedang memadu rindu
di taman ini.
"Hahaha... Dipanggil Om, ni yeee..." katamu menggodaku
"Tau, tuh... Padahal tampangnya juga lebih tua mereka daripada aku."
Kau tersenyum.
"Mungkin kerasnya kehidupan jalanan membuat tampang mereka terlihat lebih tua ya?" kataku
"Kau juga keras..." jawabmu.
"Aku?"
"Iya. Punyamu keras kalau ada di dekatku..."
"Hahaha... Gokil, dasar!"
Kita tertawa keras sampai beberapa orang di taman itu menengok ke arah kita. Tak mempedulikan mereka, kupeluk tubuhmu erat.
"Benarkah kau sayang aku?" kau berbisik pelan.
Diam sebentar, kemudian kujawab dengan pertanyaan juga, "Mengapa kau tanya begitu?"
"Apakah kau menyayangiku?" kembali kau ulangi pertanyaan itu.
"Dengan sikap dan perlakuan aku selama ini, menurutmu aku ini bagaimana kepadamu?"
Kau diam. Aku diam.
"Ayo, habiskan birnya. Kita pulang." katamu
Aku menurutimu, lalu kita pulang dengan hati kesal.
Entah
kenapa, percakapan-percakapan tentang cinta di antara kita terasa
begitu rumit. Tak semudah lagu-lagu cinta yang sering kita nyanyikan
bersama. Seringkali malam-malam indah yang awalnya menyenangkan harus
berakhir dengan hati yang kesal.
"Apa yang membuatmu menyayangiku?" tanyamu pada malam yang lain.
Terdiam sejenak, lalu kujawab, "karena kau sayang aku..."
"Jadi kalau aku tak lebih dulu sayang sama kamu, kamu tak akan pernah sayang sama aku?"
Aku diam. Bingung. Kau diam.
Kita saling diam beberapa waktu lamanya.
"Ayo, habiskan birnya. Kita pulang." kataku.
"Kau saja yang habiskan." jawabmu.
Aku menurutimu, lalu kita pulang dengan hati kesal.
Sudah cukup lama kita tak lagi pernah bertemu. Mungkin butuh beberapa waktu lagi bagi kita untuk bisa lebih saling mengerti.
Malam ini aku sendiri. kedua biduan kita itu tak pernah lagi terlihat. Mungkin sudah dapat pekerjaan.
Aku di sini ditemani bir. Mabuk. Merindukan kamu.
Bernyanyi sendiri seperti orang tolol, seakan ada kamu di sampingku.
I don't know much
But I know I love you
And that may be all I need to know
*Lagu I Dont Know Much, Aaron Naville & Linda Rondstadt
Rabu, 11 Januari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar