Minggu, 01 Oktober 2017

October Kiss

“Udah mulai hujan ya…”

“Iya…”

“Kenapa ya, hujan sepertinya selalu bisa mengaduk-aduk perasaan kita?”

“Iya, aku juga sering mikir gitu. Sepertinya ia membawa kepedihan sekaligus keindahan…”

“Mungkin karena dia juga datang membawa dingin, maka kita menciptakan sesuatu yang hangat di pikiran kita, di hati kita.”

“Mungkin…”



Kami berdua terdiam. Lalu tiba-tiba…

“Muuaaaccchhhh…”

“Eh, kamu tuh ya, cium aku nggak permisi dulu,” kataku memegang bibirku.

“Biarinnn… mau marah? Nih, aku tambahin lagi. Muaaahhhh… Muaaahhhh… Muaaahhhhhh….”

“Hahaha… Bandel yaaa…”

“Tapi kamu suka kaaannnn…?”

“Iyaa…”

“Hahaha… Emang maunya… eh, aku harus kerja lagi nih. Musim hujan gini, kamu jaga kesehatan ya, sayang…”

“Iya, cantik. Kamu juga ya…”

“Iya… I love you…”

“Love you too…”

“Bye…”

“Bye too…”

Dia menutup teleponnya.



Langit hijau mencurahkan hujan ke atap dan jendela kaca gedung-gedung tinggi, halte bis kota, dan pepohonan di tepi trotoar jalan.

Angin bermain-main dengan butiran air, membentuk ombak-ombak kecil di udara.

Kurapatkan kancing jaketku. Ya, mungkin karena hujan membawa dingin, maka kita menciptakan sesuatu yang hangat di pikiran kita, di hati kita.

Perlahan-lahan langit berubah merah jambu, seperti warna bibirmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar