Jumat, 29 September 2017

Usai

Aku tahu bahwa tak selamanya senja membawa jingga, karena terkadang ia juga datang bersama hujan.

"Wah, sorenya keren! Oranye!" kataku sambil memandang kaki langit. "Iya, jingga. Aku suka senja seperti ini. Terutama ada kamu di dekatku," katamu melepaskan senyuman manis.

Ya, kau memang lebih suka menggunakan kata-kata yang terdengar puitis di setiap pertemuan kita. Oranye kau katakan jingga, sore kau sebut senja.

Kau begitu mahir merangkai kata-kata indah di setiap hari-hari kita. Bahkan ketika aku tak dapat lagi menemukan kata-kata di akhir September itu, kau masih bisa menghadirkannya dengan terang.

"Usai," katamu dengan bibir bergetar. Lalu terdengar suara langkah kakimu menjauh dan menghilang. Aku diam, berharap jingga senja mampu menahan langkahmu pergi.

Mungkin benar kata para pemujamu, bahwa jantungmu tak hanya mengalirkan darah tapi juga puisi.

Ya, penyair sepertimu memang mampu membangkitkan banyak cinta. Kau memiliki banyak 'kan? Bukan cuma aku? Seharusnya kata usai jangan pernah ada dalam kamus bahasa, supaya kau tak pernah menemukannya dan aku tak pernah mendengarnya.

Aku tahu bahwa tak selamanya senja membawa jingga, karena ia juga terkadang datang bersama hujan.

Dan kuakhiri September tanpa kamu. Juga tanpa jingga yang sangat kau sukai. Hanya aku dan senja, yang datang bersama hujan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar