Minggu, 12 Desember 2010

Lampu Natal

Malam semakin larut.
Lelaki itu mematikan lampu ruangan keluarga.
lampu natal di pohon terang dibiarkannya tetap menyala.
Lalu duduk bersandar memandangi kecantikan pohon natal dengan kerlap-kerlipnya

Kerlip lampu natal membawanya kembali ke masa lalu
saat puteranya berumur 1 sampai 2 tahun.
 Ia sering mencium hidung puteranya,
terutama ketika sedang menangis.
Semakin keras tangisannya,
semakin banyak hidungnya menerima ciuman.
Tentu saja istrinya sering marah demi membela hidung anaknya

Lalu kerlip lampu natal membawanya ke masa yang lain.
Masa di mana puteranya beranjak remaja.
Ia mulai sering merasakan kehilangan waktu-waktu bersama puteranya
Waktu-waktu mancing bersama, mengunjungi toko buku,
membicarakan tim sepak bola favorit mereka,
dan merangkai pohon natal ketika Desember tiba. Selalu putranya tercinta yang memasang hiasan bintang di puncak pohon natal.
Perlahan ia menyadari, bahwa putranya bukan lagi semata-mata miliknya
tapi juga menjadi milik teman-temannya


"Aku telah gagal menjadi seorang ayah." katanya dalam hati
Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Seminggu kemarin, ia harus memasukkan puteranya
ke pusat rehabilitasi ketergantungan obat
Tak pernah menyangka bahwa puteranya tercinta telah begitu lama
berjalan sendiri menuju petaka


Tenggelam dalam sesal, seorang wanita telah berada tepat disampingnya.
Merapatkan tubuh dan menggenggam tangannya.

"Aku tahu apa yang kau pikirkan" Ucapnya pelan

Berusaha tersenyum memandang istrinya, ia menjawab,
"Aku tidak sedang memikirkan sesuatu,
hanya menikmati warna-warni cahaya lampu natal.
Tak terasa sebentar lagi natal ya?

Lelaki itu berusaha menyembunyikan kegelisahannya


"Sayang, aku ini isterimu, 20 tahun aku selalu ada bersamamu.
Aku mengenali semua kegelisahanmu..."
Kata perempuan itu sambil mengusap lembut kepala suaminya


Tak tahan menahan kepedihannya,
lelaki itu masuk kedalam pelukan isterinya,
menangis sesegukkan seperti seorang bayi di dada ibunya.
"Aku telah membelikan jaket kesukaannya sebagai hadiah natal..." Katanya terbata-bata
Menemaninya menangis, perempuan itu membelai lembut kepala suaminya.
"Maafkan aku, Pa..." Bisiknya lirih


Dari sebelah rumah terdengar lembut suara nyanyian natal:

O holy night the stars are brightly shining
It is the night of our dear Savior's birth
Long lay the world in sin and error pining
Till He appeared and the soul felt its worth

A thrill of hope, the weary world rejoices
For yonder breaks a new glorious morn
Fall on your knees
O hear the angels' voices

O night divine
O night when Christ was born
O night divine, O night
O night divine

Dan malam berjalan sangat pelan.Teramat pelan.
Kerlap kerlip lampu natal dengan setia menemani malam hening mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar