Minggu, 25 Oktober 2009

Bantu Aku Mendorong Gerobak Ini, Nak... (Kembalikan Anakku)

Sepertinya baru kemarin anakku tersayang masih di sini, membantuku mengangkat krat-krat minuman dagangan ini ke dalam gerobak untuk dibawa pulang ke rumah. Memang itulah kegiatan rutin anakku tersayang jika malam sudah tiba. Kemudian ia mendorongkan gerobak yang kami jadikan warung ini ke rumah kami. Lalu besok pagi ia mendorong gerobak ini kembali ke tempat ini, di jalan D.I. Panjaitan, Cawang, tempat biasa kami berdagang untuk mencukupi segala kebutuhan kami.

Menjadi pedagang kaki lima bukanlah pekerjaan yang menyenangkan. Panas yang menyengat, debu dan asap dari knalpot kendaraan yang lalu lalang, air hujan yang sering memasuki warung kami yang menyelinap melalui lubang-lubang tenda warung yang mulai melapuk di sana-sini, disertai dengan angin yang mengoyang-goyang tendanya menjadi begitu akrab bagi kami. Tapi inilah cara kami memperoleh uang untuk mencukupi kebutuhan kami. bahkan anakku tersayang bisa melajutkan kuliah, yang tentunya dengan sering meminta dispensasi waktu pembayaran.

Bangga sekali aku, walaupun dengan cara yang teramat sangat berhemat, aku bisa membiayai kuliahnya. Sering kudengar bisik-bisik beberapa orang bahwa kampus anakku tercinta itu di sebut sebagai kampus abal-abal. Yah, memang sebegitulah kemampuanku. Tapi anakku tersayang tidak pernah minder atau rendah diri. Ia tetap sering tersenyum dan menyapa beberapa temannya yang sedang duduk-duduk di pinggir jalan,walaupun ia sedang mendorong gerobak kami.

Ah, anakku tersayang, di mana kau sekarang nak? Apakah engkau sedang berkelakar dengan teman-temanmu? Ataukah sedang membicarakan pujaanmu, Presiden Soekarno, seperti yang biasa kau lakukan bersama teman-temanmu kalau kalian berkumpul di warung kita? Di mana kau, nak ? Apakah kamu sudah makan anakku tersayang?

Sepertinya baru kemarin anakku tersayang masih di sini. Membantuku melayani pembeli sebelum dia berangkat kuliah. "Udah bu, duduk aja. aku yang ngelayanin..." katanya. Fito, itulah nama anakku. ramah pembawaanya dan mudah bergaul dengan siapa saja. Tetapi dia tidak suka berbicara atau tersenyum dengan oknum-oknum berseragam polisi dan tentara atau yang perawakannya mirip polisi dan tentara yang sekali-kali mampir ke warung kami. Memang beberapa kali anakku tersayang melihat kordinator judi dadu atau penjual VCD porno bajakan di dekat warung kami memberikan uang kepada mereka-mereka itu. Mungkin kejadian itulah penyebabnya.

Aku ingat, waktu Fitoku masih kecil, ia sering di ajak oleh almarhum ayahnya ke toko buku. Ia senang sekali kalau dibelikan komik-komik super hero, kemudian memamerkannya kepada teman-teman sebayanya. Ah, Fitoku sayang, ia sangat bersemangat menceritakan tokoh-tokoh di dalam komiknya dengan penuh gaya. Pernah ia mengambil sarung ayahnya dan diikatkan ke lehernya supaya terlihat seperti sayap Superman katanya sambil tersenyum. Terlihat jelas lesung pipi anakku . Fitoku yang lucu. di mana kamu sekarang, nak? Apakah kamu sudah makan, sayang?

Sepertinya baru kemarin anakku, Fito tersayang, masih di pelukanku. Ketika suhu badannya panas dan cengeng karena baru mau tumbuh gigi, merapatkan kepalanya dan merengek di dadaku untuk mencari kehangatan dari ibunya.. Ah, anakku sayang, kapan aku bisa memelukmu lagi...

Sudah 12 tahun aku menunggu Anakku pulang. Sejak dia katakan akan berjuang untuk rakyat. Aku tidak mengerti apa maksudnya waktu itu. Berjuang untuk apa? Bukankah indonesia sudah merdeka? Ah, memang banyak bahasa dan kalimatnya yang tidak begitu ku mengerti. Tetapi aku tahu dari sorot matanya itu, anakku pasti melakukan hal yang benar, seperti keinginannya menjadi Superman waktu masih kecil. Dan sejak saat itu, anakku tersayang tidak pernah kembali...

Lalu ku dengar kabar burung bahwa anakku tersayang di tangkap tentara. Apakah anakku pencuri? Apakah anakku pembuat onar? Di mana kau, nak? Apakah kamu sudah makan malam ini? Pulanglah Fitoku, sayang. Bantu ibumu untuk mendorong gerobak ini... Ibu tidak kuat sendiri... Setelah itu kita makan malam bersama ya, sayang dan jangan pergi lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar