Senin, 26 Oktober 2009

LEMBUR

Dia menciumku... dia menciumku tepat di bibirku..!!! Ah, nikmatnya. Apa yang selama ini aku harapkan menjadi kenyataan. Akhirnya ia menciumku. Tepat di bibirku. Dan aku pun terhanyut dalam aliran lembut bibir dan lidahnya.

Siapa yang tidak akan jatuh cinta kepadanya..? Lelaki ini kelihatan begitu sempurna. Mata yang jernih, kulit yang segar, penampilan yang rapi, serta gaya rambut yang menarik. Jika ia berbicara, tampak jelas barisan giginya yang bersih juga rapi. Dan kalau dia tersenyum... Woow!!! Semuanya dapat di ringkas dalam satu kata : Tampan.

Aku adalah staff baru di kantor ini. Masih dalam masa pengawasan. Si Tampan itu sering mampir ke meja kerjaku, sekedar bertanya beberapa hal atau menawarkan bantuan jika di lihatnya aku mengalami kesulitan dalam pekerjaan baruku.

Aku senang jika ia ada di dekatku. Aroma parfumnya yang khas dan segar, mampu memberikan kesejukan yang menyenangkan bagiku. Ia terlihat makin tampan dengan dasi yang menghiasi pakaian kerjanya. Ingin rasanya sekali waktu aku yang memasangkan dasi di lehernya. Membayangkan betapa dekatnya wajahku dan wajahnya saat memasangkan dasinya.

Dengan sabar dan lembut ia mengajariku tentang segala sesuatu yang harus aku lakukan sehubungan dengan pekerjaanku. Sampai suatu ketika tanpa sengaja jari jemari kami bersentuhan di '"mouse"" komputerku. Wow... Jantungku terasa berdetak lebih cepat, dan darahku serasa mengalir lebih deras. Ya, Tuhan... Senangnya hati ini. Lalu kami saling bertatapan dan dia tersenyum kepadaku. Oh, my God...

Jatuh cinta lagikah aku..? Atau hanya sekedar nafsu belaka..? Terjatuhkah aku kembali, ke dalam cinta seperti ini...? Tak ingin rasanya melepaskan bibir ini dari bibirnya. Tak ingin rasanya melepaskan kehangatan pelukan Si tampanku ini.

Apakah ia juga jatuh cinta kepadaku..? Binar matanya itu sudah cukup sebagai jawaban bagiku...(Ia tidak melepaslan gengaman tangannya di jemariku). Semoga saat-saat seperti ini tidak pernah berhenti.

Tapi malam sudah semakin larut. Kami pun harus berpisah. Ia melepaskan genggaman tangannya dan mencium bibirku sekali lagi. Ciuman yang dalam dan hangat.. seakan tak ingin di lepaskannya.

Ia mengantarku sampai ke depan rumahku. Entah apa yang akan ku katakan pada Ranny, istriku, mengenai hal ini. Mungkin alasan seperti yang biasa ku katakan padanya : Lembur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar