Minggu, 25 Oktober 2009

MEI

Mei. Mei Gracia. Itulah nama anak kami yang cantik. Umurnya baru sebelas tahun. Rambutnya ikal, berkulit putih dan bermata sipit seperti ibunya. Bidadari kecil kami memiliki senyum yang manis sekali. Sering membuat kami tertawa kebingungan karena dari mulutnya sering terlontar pertanyaan-pertanyaan yang kadang -kadang di luar dugaan kami sehingga kami sulit menjawabnya dalam bahasa yang sederhana. Misalnya ketika ia bertanya " kenapa mama cantik dan kulitnya bersih seperti orang cina, sedangkan papa hitam seperti beruang. Padahal kan sama-sama orang batak...?" he he he... Dasar anak-anak...

Putriku lahir pada bulan mei 1998, ketika kota Jakarta sedang porak poranda di landa kerusuhan besar yang sangat mengerikan. Didahului dengan krisis ekonomi, para mahasiswa melakukan aksi demonstrasi menuntut perbaikan keadaan dan pergantian kepemimpinan yang berujung pada penembakan mahasiswa oleh aparat keamanan di kampus Trisakti , Grogol, hingga mengakibatkan tewasnya empat orang mahasiswa yang sedang melakukan demonstrasi.

Setelah itu secara mengerikan terjadilah kerusuhan yang mengakibatkan terbunuhnya lebih dari seribu orang penduduk jakarta. Gedung-gedung perkantoran dan pertokoan yang diduga milik etnis Tionghoa dijarah dan dihancurkan oleh massa yang mengamuk. Diberitakan juga pada waktu kerusuhan, terjadi juga pemerkosaan terhadap perempuan- perempuan berkulit putih dan bermata sipit, seperti mata putriku, di berbagai sudut kota. Sungguh mengherankan, karena terjadi secara serempak dan seperti memiliki target yang sama.

Nadya, ibu dari anakku berasal dari suku Batak Toba bermarga Silalahi. Ia sangat cantik bagiku. Ia memiliki penampilan fisik yang mirip dengan teman-temannya yang berasal dari etnik Tionghoa pada umumnya, berkulit putih dan bermata sipit. Saudara-saudaranya sering menggoda dia dengan sebutan "Cina ga punya toko." Kalau di goda begitu dia hanya tertawa dan menjawab "Gua ini Cina kantoran.. he he he..."

Setelah Aku menikahinya, pada usia enam bulan pernikahan, Tuhan memberikan kehamilan kepadanya yang membuatnya kelihatan semakin cantik. Sungguh beruntung aku beristrikan dia.

Pada bulan kedua pemeriksaan kehamilan, diketahuilah bahwa Nadya, istriku tercinta memiliki suatu penyakit dalam tubuhnya. Yaitu tumbuhnya jaringan baru abnormal yang berasal dari jaringan otot pada perutnya yang di sebut mioma. Orang- orang biasa menyebutnya kista. Lalu pada bulan ke empat masa kehamilan, Nadya mengalami sakit yang tidak biasa pada perutnya. Dengan bergegas aku membawanya ke dokter kandungan. Setelah diperiksa secara seksama, dokter menganjurkan, demi keselamatan ibunya, penyakit tersebut harus di angkat beserta dengan janin di dalam kandungan istriku. Disampaikan bahwa pertumbuhan penyakitnya berlomba-lomba dengan pertumbuhan janin pada kandungannya. Lemas sekujur tubuhku mendengar Ucapan sang dokter.

Rapat keluarga besarpun diadakan. Keputusannya adalah bahwa kami lebih mementingkan keselamatan si ibu dan bersedia di gugurkan kandungan istriku. Tapi istriku tidak mau. sambil menangis ia berkata: "Jika anakku harus mati, biarlah dia mati bersama aku". Dia tetap mempertahankan bayi dalam kandungannya.

Dalam keadaan yang kalut, kami pun mencari "second opinion" ke dokter kandungan yang lain. Akhirnya kami pindah ke rumah sakit lain di bilangan Cawang. Dokter di sana bersedia menangani penyakit istriku tanpa harus menggugurkan kandungan. Ia memberi obat yang bisa menghambat pertumbuhan penyakit pada Nadya dan selalu melakukan kontrol secara intensif pada pertumbuhan janin. Akhirnya pada bulan mei 1998, melalui operasi caesar akhirnya anakku lahir dengan selamat. Syukur pada Tuhan, Nadya dan anakku Selamat.

Seorang temanku memberikan ucapan selamat sambil mengodaku. Dia mengatakan bahwa kelahiran anak perempuan memiliki suatu pesan khusus bagi para laki-laki yaitu untuk mengingatkan betapa banyaknya "dosa" kita di masa lalu. Sialan, kawanku ini, bah! Bikin malu saja. Tapi mungkin pesan itu benar dan tepat di tujukan kepada para pemerkosa di bulan mei.


Setiap tahun di akhir bulan mei, kami selalu mengadakan perayaan ulang tahun putri kami, Mei Gracia. Kami menyalakan lilin di atas kue tart dan mendoakan semoga anak kami diberikan panjang umur dan masa depan yang gemilang. Kami bersyukur pada Tuhan karena di bulan mei yang mengerikan itu kami dianugerahi seorang putri yang cantik, yang hampir saja tidak dilahirkan kalau bukan karena kuat cinta ibunya untuk mempertahankannya.


Setelah perayaan ulang tahun selesai, dan putri kami Mei Gracia tertidur, aku dan istriku menyalakan satu lilin lagi di depan rumah kami. Lilin itu untuk mengingatkan kami bahwa di bulan bahagia kelahiran putri kami, pada bulan mei yang sama, terjadi kejadian yang sangat memilukan. Pada bulan Mei 1998, ada banyak perempuan indonesia, Mei-Mei yang lain, di hancurkan hidupnya dan di rusak masa depannya dengan cara di perkosa. kami tidak akan pernah lupa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar