Senin, 26 Oktober 2009

Mati

"Fakir miskin dan anak terlantar di pelihara oleh negara." Kutemukan kalimat tua itu tergeletak lemah tak berdaya, di tempat parkir sebuah bar kelas atas di bilangan Senayan. Dari mulutnya tercium jelas aroma minuman keras.

Segera ku panggil petugas kesehatan untuk memeriksanya. Segala upaya di lakukan. Namun sayang nyawanya tidak tertolong lagi. Dia mati di tempat.

Kereta jenazah di datangkan untuk mengangkut mayat kalimat itu. " Bagaimana ini...? Pasal itu telah mati. Siapa yang akan kita angkat untuk menggantikannya...?" terdengar ucapan salah seorang yang berkerumun di sana.

"Ahh... Biarkan saja. Kita tak perlu menggantinya. Biarkan saja ruang kerjanya kosong. Jadi kita tidak terlalu repot mengurusi yang bukan keluarga kita. Nanti kita kirim saja bunga duka cita yang besar dan kita karang-karang saja tulisan tentang jasa-jasanya selama ini. Ayo, kita lanjutkan pesta kita. kematian seperti ini adalah hal yang lumrah dan di maklumi oleh masyarakat kita. Lagian mereka kan sibuk cari makan. Mana sempat memikirkan hal-hal seperti ini. Besok juga masyarakat sudah lupa." Sahut seorang di sebelahnya. Dan merekapun beranjak menuju tempat mereka berpesta.

Hmm... Mereka bicara apa ya...? Kok aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan...? Ah... Sebaiknya aku pulang saja. Bukan urusanku. Sebaiknya aku urus saja urusanku sendiri, supaya aku tidak mati mengenaskan seperti kalimat tua itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar